Wednesday 27 August 2008

Waspadai Saat ”Tentara Tubuh” Berubah Ganas

KEGANASAN kanker kelenjar getah bening membunuh 300.000 orang per tahun. Gejala awal kerap tak disadari,bahkan diabaikan.Bagaimana kewaspadaan kita?

Penyakit akan mudah menyerang tatkala punya celah untuk masuk, yakni saat kekebalan tubuh kita menurun. Pernyataan ini berlaku untuk semua jenis penyakit.Acapkali tubuh yang terlampau lelah, kurang tidur,pola makan buruk,atau perubahan cuaca yang ekstrem menjadi pemicu menurunnya imunitas dalam tubuh manusia. Untunglah pada tubuh kita mempunyai sistem limfatik yang merupakan bagian penting sistem kekebalan tubuh dalam melawan infeksi.

Cairan limfatik yang berwarna seputih susu ini mengandung protein,lemak,dan limfosit (sel darah putih) yang mengalir ke seluruh tubuh melalui pembuluh limfatik. Ada dua macam sel limfosit, yaitu sel B dan T Sel B yang membantu melindungi tubuh melawan bakteri dengan cara membuat antibodi dan memusnahkan bakteri. Sayangnya, dalam kasus tertentu,sel limfosit mengalami mutasi yang mengakibatkan pembesaran kelenjar getah bening.

Bahayanya, sel-sel abnormal ini lantas mengganas dan memicu kanker kelenjar getah bening (limfoma). Limfoma dapat menginfiltrasi tubuh diam-diam tanpa disadari. Gejala awal kadang tidak mengganggu dan sering kali diabaikan oleh penderitanya. “Sebelum pipi mulai membesar, saya hanya merasakan geli seperti ada semut jalan-jalan dalam tubuh. Setiap setengah jam pasti ada dan sangat terasa,” ungkap Ibrahim Zakir, salah seorang pasien limfoma.

Secara umum limfoma terbagi dua tipe,yakni Limfoma Hodgkin (LH) dan Limfoma Non-Hodgkin (LNH). LNH umumnya lebihberatdanlebih sering ditemukan. LNH yang saat ini diidap 1,5 juta orang di seluruh dunia ini termasuk kategori kanker paling cepat tumbuh nomor 3 setelah kanker kulit dan paru-paru.Siapa yang paling potensial menderita penyakit mematikan ini bisa dianalisis dari usia kita.

Semakin tua usia kita, maka semakin tinggi risiko LNH-nya. Artinya,makin mudah penyakit itu menyerang. “LNH bisa terjadi pada semua umur,mulai bayi hingga dewasa. Di masa kanak-kanak, LNH menyerang pada usia 7–11 tahun. Namun, kasusnya lebih banyak ditemui pada usia 40 tahun ke atas,”kata Assistant Professor Of Medicine di MD Anderson’s Lymphoma and Myeloma Center Luis Eduardo Fayad MD.

Bagaimana penyakit ini menyerang? Perjalanan LNH dimulai dari pembengkakan kelenjar getah bening (di leher, ketiak,dan pangkal paha). Hal ini umumnya disertai tanda- tanda seperti penurunan berat badan,demam,keringat malam. Adapun penyebab pasti penyakit mematikan ini masih misterius bagi dunia kedokteran. Hanya saja,ada dugaan ada intervensi faktor keturunan, kelainan sistem kekebalan, infeksi virus atau bakteri, serta toksin lingkungan seperti herbisida,pengawet dan pewarna kimia yang mampu memicu LNH.

“Perkembangan kasus kanker baru dipengaruhi faktor genetikdanpaparanlingkungan. Namun, angka kematian tak semata ditentukan banyaknya temuan penderita kanker baru, juga waktu dan efektivitas pengobatan,”ujar staf pengajar Departemen Epidemiologi The University of Iowa College of Public Health di Amerika, Charles Lynch MD PhD. Kendati belum diketahui pasti penyebabnya, penyakit ini masih disembuhkan.Pengobatan LNH dapat ditempuh melalui kemoterapi, terapi antibodi monoklonal, radiasi, terapi biologik, dan cangkok sumsum.

Spesialis penyakit dalam dari divisi Hematologi-Onkologi Medik FKUI/RSCM Prof DR Dr A Harryanto Reksodiputro SpPD-KHOM memaparkan, pengobatan pada pasien limfoma tidak bisa disamaratakan satu sama lainnya.“Tidak semua pasien limfoma bereaksi dengan efek sama terhadap obat tertentu.Ada pasien yang denganobatbaruberhargamahal menunjukkan hasil yang baik, tapi ada pula yang responsnya cukup baik walau dengan obat murah,”tandasnya.

Selain kondisi individual, penentuan jenis terapi bergantung pada tiga faktor yang meliputi stadium,ukuran,dan derajat keganasan kanker. Pada limfoma agresif (derajat keganasan tinggi) kanker cepat tumbuh dan menyebar. Pasien yang tidak diobati bisa meninggal dalam waktu hanya enam bulan. Jika terdiagnosis sejak dini dan langsung diobati secara agresif, pasien berpotensi meraih remisi sempurna dan jarang kambuh. Angka harapan hidupnya sekitar 5 tahun dan sekitar 30–40% penderitanya dapat disembuhkan.

Berbeda dengan limfoma indolen (derajat keganasan rendah) yang tumbuh lambat, sehingga diagnostik awal lebih sulit. Pasien dapat bertahan hidup bertahun-tahun tapi tidak bisa sembuh. Pasien dengan limfoma indolen bisa mendapatkan terapi 5–6 kali seumur hidup.(inda susanti,seputar-indonesia.com)

No comments: